Pemanfaatan TIK

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Melihat akan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam beberapa tahun belakangan ini yang sangat cepat, hal tersebut mendorong saya untuk membuat suatu langkah yang menurut saya bagus untuk dunia pendidikan di tanah air yang masih memprihatinkan. Dengan menimbang masalah tersebut saya berusaha memenfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang saat ini sudah sangat maju dalam dunia pembelajaran terutama di SMP dimana saya mengajar, tentu saja saya tidak sendirian dibantu oleh teman-teman yang saya kira berkompeten dalam terlaksananya dalam upaya ini.

Berdasarkan pada minat belajar siswa yang semakin hari semakin menurun dan tersedianya waktu yang tidak cukup untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, maka saya rasa perlu untuk melakukan kegiatan belajar siswa diluar jam sekolah melalui berbagai media pembelajaran yang saat ini tidak asing bagi sebagian besar siswa, salah satunya yaitu Internet dan Perangkat Komputer (Microsoft Office). Di media Internet inilah siswa dapat mengakses berbagai macam sub pokok bahasan yang sudah dipelajari maupun yang akan dipelajari nanti, jadi siswa tidak hanya selalu mengikuti gurunya akan tetapi sudah mandiri sehingga guru itu hanya sebagai fasilitator atau tempat untuk bertanya saja. Kegiatan ini juga telah didukung oleh pemerintah dengan diberikannya bantuan – bantuan kepada sekolah – sekolah untuk pemasangan internet di sekolah, jadi siswa semakin mudah dalam mencari informasi tentang mata pelajaran yang akan dipelajari. Akan tetapi, dalam peroses ini sebaiknya guru juga mengawasi anak didiknya, karena dalam internet itu juga terdapat hal – hal yang tidak pantas untuk diakses siswa seperti situs porno, situs perjudian, dll. Jadi dalam hal ini guru juga mengarahkan agar siswanya tidak membuka situs-situs seperti itu.

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa tidak semua siswa menerapkan sistem ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah tidak tersedianya fasilitas Komputer dan Internet dirumah. Jadi masih sangat sulit untuk menerapkan hal ini. Akan tetapi diperlukan usaha yang tidak pantang menyerah dari para guru untuk mencetak generasi – generasi penerus bangsa yang cerdas, mempunyai moral yang baik dan santun.

B. FOKUS MASALAH

Terkait dengan judul makalah ini “ Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran “, permasalahan yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :
1. Sepenting apakah penggunaan TIK dalam proses pembelajaran itu sendiri?
2. Perlukan TIK dalam proses pembelajaran?

C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mendiskripsikan peranan media TIK dalam pembelajaran
2. Untuk mendiskripsikan diperlukannya media TIK dalam pembelajaran
3. Untuk mendiskripsikan manfaat media TIK dalam pembelajaran

D. MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh bagi siswa jika menggunakan media TIK dalam KBM adalah :
1. meningkatkan motivasi siswa
2. digital portofolio efektif dan efisien
3. menambah wawasan dan cakrawala berpikir
4. menumbuhkan jiwa kebersamaan
5. menjadi alat ukur konsep pembelajaran yang kita lakukan dengan sekolah dari negara lain

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengalami perkembangan yang sangat signifikan dalam belasan tahun terakhir ini. Berbagai bidang mulai mengadopsi teknologi ini dengan berbagai alasan. Bidang pendidikan pun tidak lepas dari hal ini. Saat ini TIK banyak digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Tapi, sebenarnya sepenting apakah penggunaan TIK dalam proses pembelajaran itu sendiri? Perlukan TIK dalam proses pembelajaran?
Pertama-tama, mari melihat terlebih dahulu kepada TIK sebelum melihat kepada proses pembelajaran itu sendiri dan kepentingan TIK di dalamnya. Secara sederhana TIK dapat didefinisikan sebagai teknologi (hasil rekayasa manusia) yang memungkinkan proses penyampaian informasi dan proses komunikasi dapat dilakukan secara lebih optimal dan efisien. Pada umumnya alasan orang menggunakan TIK pada suatu bidang adalah mengenai masalah efisiensi dan optimisasi. Peningkatan produktifitas adalah alasan utama mengapa orang pada umumnya menggunakan TIK. Dengan menggunakan TIK, pekerjaan yang memerlukan waktu lama jika diproses secara manual (oleh manusia) bisa dikerjakan lebih cepat oleh mesin (komputer). Hal ini dimungkinkan dengan semakin berkembangnya teknologi sehingga perangkat keras (hardware) yang dapat digunakan pun semakin lama semakin baik sehingga waktu proses dapat semakin cepat, dengan kata lain peningkatan efisiensi. Perkembangan internet pun memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini. Perkembangan internet, terutama world wide web (www) yang sangat pesat dalam sepuluh tahun belakangan ini semakin memudahkan pertukaran informasi. Jarak dan waktu yang dulunya menjadi pembatas dalam masalah komunikasi dan pertukaran informasi menjadi bukan suatu masalah lagi. Tapi, apa gunanya dalam proses pembelajaran? Benar-benar perlukah penggunaan TIK dalam proses pembelajaran? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, kita harus dapat melihat kepada pembelajaran itu sendiri terlebih dahulu.
Proses pembelajaran dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu proses untuk memperoleh informasi. Saat seseorang belajar, dia berusaha untuk memperoleh informasi: mengenai suatu hal, mengenai cara untuk memecahkan suatu masalah, dan mengenai banyak hal lainnya. Bisa dikatakan bahwa dalam seluruh hidupnya manusia mengalami proses pembelajaran. Proses perolehan informasi terus berlangsung dalam setiap saaat di kehidupan seseorang, dari lingkungan sekitar (alam), dari orang lain (teman, orang tua, guru), dari buku, majalah, film, dan lain sebagainya. Setiap informasi yang diterima akan diproses menjadi suatu pengetahuan bagi penerimanya, ini yang disebut dengan pembelajaran.
Jauh sebelum penghujung milenium kedua tiba, revolusi teknologi informasi telah merambah ke segenap pelosok bumi. Berbagai perangkat teknologi yang ditemukan telah menghadirkan definisi baru tentang ruang dan waktu. Seiring dengan itu, berbagai proses sosial yang berwujud transformasi terjadi di mana-mana. Istilah yang paling populer untuk menjelaskan situasi ini adalah “globalisasi”. Secara sederhana, globalisasi dapat dipahami sebagai sebuah proses sosial yang meruntuhkan batas-batas, sehingga dunia menjelma sebagai sepetak kampung. Globalisasi bukan semata fenomena ekonomi, tetapi juga menyangkut transformasi ruang dan waktu. Revolusi teknologi informasi dan massifnya intensitas komunikasi tingkat global memungkinkan manusia sekarang ini untuk melangsungkan model interaksi yang lambat laun berubah. Intensifikasi hubungan tingkat dunia ini selanjutnya akan melahirkan pola-pola relasi baru dalam bidang ekonomi, sosial, politik, komunikasi, pola perilaku sehari-hari, dan termasuk relasi antar-individu.
Meminjam cara penggambaran yang dibuat oleh Jean-Francois Lyotard, globalisasi dapat digambarkan demikian: seorang pemuda kampung di pedalaman Madura sedang mengobrol dengan saudaranya yang bekerja di sebuah hotel Amerika di Arab Saudi dengan menggunakan telepon genggam produk Finlandia, simcard yang dimodali oleh perusahaan Malaysia, dengan jasa piranti lunak buatan Australia. Dia sedang memesan jam tangan Swiss, dan sedang dipertimbangkan apa akan dikirim dengan jasa pengiriman perusahaan Belanda atau lewat tetangganya yang akan pulang ke kampung halaman.
Riwayat globalisasi sebagai efek lebih jauh dari berbagai produk teknologi dan sains dapat ditelusuri jauh ke belakang. Adalah filsuf Inggris Francis Bacon (1561-1626) yang mula-mula meneguhkan metodologi ilmiah yang menjadi motor penggerak perkembangan sains, yakni dengan memperkenalkan metode (penalaran) induktif. Dalam paham Bacon, arah kerja filsafat dibalik: daripada mempersoalkan final causes (teleologi), filsafat sebaiknya mulai menyibukkan diri dengan efficient causes (kausalitas). Dari sini, eksprimentasi dan observasi kemudian didaulat sebagai ruh sains. Dan filsafat pun kemudian diberi basis praktis untuk kehidupan sehari-hari, sehingga dari situlah muncul diktum: knowledge is power (pengetahuan adalah kekuasaan).
Sains atau pengetahuan ilmiah bekerja dengan prinsip keterukuran. Cita-cita sains adalah kehendak untuk memegang kendali kehidupan dengan lebih besar, atau, dalam bahasa Giddens, untuk “membentuk sejarah menurut tujuan kita sendiri”. Dengan pencapaian sains dan teknologi, dunia diharapkan dapat lebih stabil dan tertata. Akan tetapi, kenyataannya, dunia yang hadir saat ini tak seperti yang diperkirakan oleh para pemikir itu. Bukannya menjadi lebih terkendali, dunia saat ini tampaknya menjadi tak terkontrol, menjadi dunia yang lari tunggang langgang (runaway world). Proses globalisasi membentuk corak masyarakat yang penuh risiko. Capaian-capaian ilmu pengetahuan dan teknologi manusia memang telah sanggup mengantarkan manusia pada status ontologis keserbapastian (ontological security). Namun, di sisi lain, berkat iptek pula, manusia dewasa ini terjebak dalam situasi keserbatakpastian, yang merupakan konsekuensi logis yang inheren dari sistem relasi yang diciptakan manusia sendiri (manufactured uncertainties). Relasi manusia dengan alam dan lingkungan, dengan dukungan teknologi industri yang eksploitatif, ternyata melahirkan efek-efek destruktif seperti pemanasan bumi, perusakan lapisan ozon, polusi, dan semacamnya. Risiko yang lahir dari pola-pola relasi itu tak syak lagi akan menjadi ancaman bagi keberadaan hidup manusia itu sendiri.
Pembicaraan mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan pembelajaran yang belakangan ini marak dilakukan dalam konteks uraian di atas seperti dimaksudkan untuk mengarahkan produk teknologi agar dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan pengembangan pendidikan. Maksudnya, pembicaraan tentang pemanfaatan teknologi informasi untuk pembelajaran sebenarnya berlangsung di atas kesadaran bahwa bagaimanapun fungsi produk teknologi itu dapat saja “lepas kendali” dan justru bergerak di wilayah yang dipandang negatif.
Kemudian, di manakah sebenarnya letak fungsi dan peran teknologi dalam aktivitas pembelajaran, khususnya teknologi informasi dan komunikasi? Untuk memahami ini, kita bisa kembali pada pengertian mendasar teknologi, sebagai bagian dari wujud kebudayaan (fisik) manusia. Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologia, techne yang berarti ‘keahlian’ dan logia yang berarti ‘pengetahuan’. Dalam pengertian yang sempit, teknologi mengacu pada objek benda yang dipergunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, seperti mesin, perkakas, atau perangkat keras. Dalam pengertian yang lebih luas, teknologi dapat meliputi pengertian sistem, organisasi, juga teknik. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, pengertian teknologi menjadi semakin meluas, sehingga saat ini teknologi merupakan sebuah konsep yang berkaitan dengan jenis penggunaan dan pengetahuan tentang alat dan keahlian, dan bagaimana ia dapat memberi pengaruh pada kemampuan manusia untuk mengendalikan dan mengubah sesuatu yang ada di sekitarnya. Jadi, teknologi adalah semacam perpanjangan tangan manusia untuk dapat memanfaatkan alam dan sesuatu yang ada di sekelilingnya secara lebih maksimal. Dengan demikian, secara sederhana teknologi bertujuan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia.
Seiring dengan berkembangnya ilmu, yakni dengan semakin bercabangnya berbagai gugus ilmu yang ada menjadi lebih spesifik dan khusus, maka kemudian muncul disiplin teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan dalam pengertian yang sederhana adalah satu sistem yang meliputi alat dan bahan media, organisasi, yang digunakan secara terencana untuk mendukung proses pembelajaran. Seperti halnya teknologi pada umumnya, dalam disiplin ini, teknologi dibahas sedemikian rupa untuk memberikan sesuatu yang baru dan mencerahkan bagi aktivitas pembelajaran. Jadi, bisa disebut, untuk efisiensi dan efektivitas, agar kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan, dan semacamnya. Ada yang menyebutkan beberapa manfaat teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi siswa; (2) digital portofolio efektif dan efisien; (3) menambah wawasan dan cakrawala berpikir; (4) menumbuhkan jiwa kebersamaan; (5) menjadi alat ukur konsep pembelajaran yang kita lakukan dengan sekolah dari negara lain.
Salah satu manfaat penting yang dapat ditemukan dari penggunaan perangkat teknologi dalam kegiatan pembelajaran adalah soal akses. Teknologi informasi dan komunikasi mempermudah kita untuk mengakses sumber-sumber informasi dan pengetahuan. Internet adalah contoh yang paling mudah dikemukakan. Dengan internet, kita dapat mengakses jutaan sumber informasi yang dibutuhkan dengan sangat mudah. Saat ini, di internet cukup banyak website yang menyediakan bahan-bahan yang sangat menarik untuk ditampilkan dan dipergunakan di ruang pembelajaran di sekolah. Selain itu, fasilitas surat elektronik dan grup diskusi (mailing-list) dapat menjadi media komunikasi yang sangat bermanfaat.
Selain sebagai sumber informasi dan media komunikasi, internet juga dapat berfungsi sebagai media publikasi yang murah, mudah, dan mendunia. Belakangan ini, populer sekali penggunaan fasilitas weblog di internet. Weblog adalah semacam catatan harian yang dapat ditampilkan di internet. Banyak situs yang menyediakan tempat untuk ngeblog, mulai dari Blogger yang merupakan bagian dari Google, atau jurnal di Multiply. Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa weblog yang cukup populer bahkan telah diterbitkan menjadi buku oleh beberapa penerbit. Salah satu di antaranya adalah karya penulis cilik Abdurrahman Faiz yang berjudul Permen-Permen Cinta Untukmu (DAR Mizan, 2006).
Internet hanya salah contoh dari teknologi informasi dan komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas pembelajaran. Selain itu, sebenarnya banyak piranti lunak (software) yang telah dibuat yang sangat mendukung untuk media pembelajaran, baik produk lokal maupun produk perusahaan sekelas Microsoft. Kita, misalnya, mengenal Microsoft Encarta Encyclopedia, yang sejak edisi terbaru dirilis dengan nama Microsoft Student 2008.
Selain piranti lunak yang sudah jadi, media komputer juga menyediakan berbagai piranti lunak yang sangat membantu dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Mulai dari pengolah kata, pengolah data numerik, hingga data visual. Berbagai piranti lunak itu memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan dan membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, menarik, dan menghibur. Macromedia Flash misalnya, menginspirasi guru untuk menggunakan media animasi flash sebagai media pembelajaran yang lebih menarik dan mudah dicerna.
Gambaran fasilitas yang disediakan oleh berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran sungguh sangat memberi harapan bagi model pembelajaran yang lebih baik. Akan tetapi, kenyataannya, pemanfaatan berbagai perangkat teknologi itu tidak semudah yang kita bayangkan. Membayangkan manfaat dan kemudahan yang akan didapat dari teknologi untuk pembelajaran memang terasa indah. Meski demikian, mencoba merancang pemanfaatan teknologi di sekolah akan mengantarkan kita pada sejumlah masalah di lapangan, mulai dari yang sifatnya teknis hingga yang terkait dengan aspek mental (kebudayaan) dalam pengertian yang lebih luas.